Generasi qur'ani (mumtaaz yisc) from YISC Al-Azhar
Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal dan dekat dengan anak. Peran keluarga dalam proses pendidikan dan pembentukan kepribadian anak sangatlah dominan. Lingkungan keluarga yang kondusif sangat mempengaruhi perkembangan fisik, pribadi, moral, sosial, psikis, spiritual, emosional, dan juga peningkatan kapasitas diri menuju batas-batas kebaikan dan kesempurnaan dalam ukuran kemanusiaan. Pada dasarnya manusia itu mempunyai arah potensi yang positif untuk berkembang, akan tetapi aktualisasi potensi tersebut sangat ditentukan oleh pendidikan dalam keluarga, seperti Hadist Rasulullah SAW bahwa:
“Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah. Maka ibu-bapanyalah yang menasranikan atau meyahudikan atau memajusikannya.” (H.R. Bukhari Muslim)
Hadist tersebut menyatakan betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dimana dalam hal ini keluarga berperan untuk membentuk pribadi anaknya ke arah yang lebih baik. Dan salah satu yang wajib diajarkan kepada anak adalah segala hal tentang Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.
Anak-anak adalah calon pemimpin umat di masa mendatang. Pendidikan anak pada usia dini yang berkualitas akan sangat menentukan masa depan mereka. Hal ini menjadi sangat urgen ditengah maraknya arus globalisasi yang tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga berdampak negatif pada perkembangan anak. Peran seorang muslimah ketika menjadi seorang ibu sangatlah penting dalam mendidik anak-anaknya, terutama pada saat anak masih kecil.
Ibu sebagai madrasatul ula bagi anak-anaknya mampu memenuhi kebutuhan anak, mampu menjadi teladan atau contoh serta sebagai pemberi stimulus bagi perkembangan anak. Mendidik anak merupakan tugas yang mulia yang diamatkan Allah SWT pada setiap orang tua khususnya para ibu agar anak-anaknya tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan, seperti yang difirmankan Allah SWT dalam QS At-Tahrim:6,
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan ahlimu dari siksa api neraka.”
Setiap orang tua berharap jika mereka memasuki usia senja atau telah menghadap Allah SWT nanti, anak-anak akan memanjatkan do’a bagi mereka. Dapat dipastikan bahwa anak sholeh dan sholehah mampu merealisasikan tugas mulia tersebut. Di era modern saat ini, membentuk generasi Muslim yang sholeh dan sholehah bukanlah perkara yang mudah.
Berbagai macam pengaruh-pengaruh yang muncul di era globalisasi sangatlah kuat, sehingga dibutuhkan suatu pertahanan diri yang kuat terutama pada anak-anak sejak usia dini. Hal ini dapat dijadikan suatu alasan tentang pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk memperkenalkan Al-Qur’an dan menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak-anak sejak usia dini sebagai benteng pertahanan diri yang kuat terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar.
Peran seorang muslimah ketika menjadi seorang ibu sangatlah penting untuk mendidik anak-anak mereka sejak usia dini. Dalam pendidikan Al-Qur’an, pembelajaran yang bermakna dapat dijadikan strategi penanaman nilai-nilai Al-Qur’an yang efektif, misalnya mengucapkan basmalah dengan memberikan makna bahwa seorang muslim jika tidak membaca basmalah amalnya akan ditolak. Mengapa ditolak? Ada apa dengan basmalah? Disinilah anak-anak diajak untuk memaknai pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Qur’an.
Mengenalkan Al-Qur’an sejak anak masih kecil sangatlah tepat, terutama ketika anak mulai tertarik dengan buku. Al-Qur’an dapat diperlihatkan pada anak sebelum mereka mengenal buku-buku yang lain. Al-Qur’an juga bisa dikenalkan melalui huruf-huruf hijaiyah dengan menempelkannya di dinding agar mudah terlihat oleh anak dan memancingnya untuk menanyakan lebih lanjut. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an juga dapat diperdengarkan secara langsung maupun dengan memutar kaset atau CD.
Al-Qur’an bisa diperdengarkan kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia anak. Untuk tahap membaca atau menghafalkan Al-Qur’an dapat dimulai sejak anak lancar berbicara, dimulai dengan ayat yang pendek ataupun potongan-potongan ayat. Kemudian memulai membimbing dan mendorong anak agar terbiasa membaca al-Qur’an setiap hari meskipun hanya beberapa ayat saja, utamanya pada pagi hari usai shalat shubuh atau usai shalat maghrib sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Kegiatan membaca al-Qur’an ini sebaiknya dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak dibawah bimbingan orang tua.
Kegiatan memperkenalkan Al-Qur’an selanjutnya yaitu belajar menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Proses ini dapat dilakukan dengan mendikte anak dengan kata-kata tertentu dalam Al-Qur’an yang mempunyai makna. Hal ini dimaksudkan selain anak mampu menulis, anak juga belajar bahasa arab. Memberikan reward untuk anak sangat membantu untuk memacu motivasi internal anak untuk senantiasa belajar Al-Qur’an. Kemudian anak diajak untuk mengkaji isi Al-Qur’an secara rutin. Tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan dengan perilaku anak selama hari-hari terakhir dengan merujuk pada satu atau dua ayat Al-Qur’an dan juga tema-tema lain yang sesuai.
Proses yang paling penting adalah pengamalan seluruh isinya dengan membiasakan pada diri anak untuk mengamalkan hasil belajar Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak harus ditumbuhkan kesadarannya bahwa mereka butuh Allah SWT serta Rasul-Nya dan tanpa pertolongan Allah SWT mereka tidak bisa apa-apa. Selain itu, mereka perlu diajarkan bersyahadat dengan baik sejak dini, sehingga mereka nantinya akan mampu bersyahadat dengan baik melalui ucapan, hati, dan perbuatan.
Oleh karena itu, seorang ibu yang mendidik anaknya secara baik sejak dini dan diperkenalkan dengan Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam, kelak mereka akan menjadi generasi Qurani yang baik sebab mereka akan selalu meletakkan norma kehidupan sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya, sehingga setelah dewasa nanti mereka mampu memberikan fitrah bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
Keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang dikenal dan dekat dengan anak. Peran keluarga dalam proses pendidikan dan pembentukan kepribadian anak sangatlah dominan. Lingkungan keluarga yang kondusif sangat mempengaruhi perkembangan fisik, pribadi, moral, sosial, psikis, spiritual, emosional, dan juga peningkatan kapasitas diri menuju batas-batas kebaikan dan kesempurnaan dalam ukuran kemanusiaan. Pada dasarnya manusia itu mempunyai arah potensi yang positif untuk berkembang, akan tetapi aktualisasi potensi tersebut sangat ditentukan oleh pendidikan dalam keluarga, seperti Hadist Rasulullah SAW bahwa:
“Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah. Maka ibu-bapanyalah yang menasranikan atau meyahudikan atau memajusikannya.” (H.R. Bukhari Muslim)
Hadist tersebut menyatakan betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga. Dimana dalam hal ini keluarga berperan untuk membentuk pribadi anaknya ke arah yang lebih baik. Dan salah satu yang wajib diajarkan kepada anak adalah segala hal tentang Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.
Anak-anak adalah calon pemimpin umat di masa mendatang. Pendidikan anak pada usia dini yang berkualitas akan sangat menentukan masa depan mereka. Hal ini menjadi sangat urgen ditengah maraknya arus globalisasi yang tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga berdampak negatif pada perkembangan anak. Peran seorang muslimah ketika menjadi seorang ibu sangatlah penting dalam mendidik anak-anaknya, terutama pada saat anak masih kecil.
Ibu sebagai madrasatul ula bagi anak-anaknya mampu memenuhi kebutuhan anak, mampu menjadi teladan atau contoh serta sebagai pemberi stimulus bagi perkembangan anak. Mendidik anak merupakan tugas yang mulia yang diamatkan Allah SWT pada setiap orang tua khususnya para ibu agar anak-anaknya tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan, seperti yang difirmankan Allah SWT dalam QS At-Tahrim:6,
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan ahlimu dari siksa api neraka.”
Setiap orang tua berharap jika mereka memasuki usia senja atau telah menghadap Allah SWT nanti, anak-anak akan memanjatkan do’a bagi mereka. Dapat dipastikan bahwa anak sholeh dan sholehah mampu merealisasikan tugas mulia tersebut. Di era modern saat ini, membentuk generasi Muslim yang sholeh dan sholehah bukanlah perkara yang mudah.
Berbagai macam pengaruh-pengaruh yang muncul di era globalisasi sangatlah kuat, sehingga dibutuhkan suatu pertahanan diri yang kuat terutama pada anak-anak sejak usia dini. Hal ini dapat dijadikan suatu alasan tentang pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk memperkenalkan Al-Qur’an dan menanamkan nilai-nilai keislaman kepada anak-anak sejak usia dini sebagai benteng pertahanan diri yang kuat terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar.
Peran seorang muslimah ketika menjadi seorang ibu sangatlah penting untuk mendidik anak-anak mereka sejak usia dini. Dalam pendidikan Al-Qur’an, pembelajaran yang bermakna dapat dijadikan strategi penanaman nilai-nilai Al-Qur’an yang efektif, misalnya mengucapkan basmalah dengan memberikan makna bahwa seorang muslim jika tidak membaca basmalah amalnya akan ditolak. Mengapa ditolak? Ada apa dengan basmalah? Disinilah anak-anak diajak untuk memaknai pentingnya mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Qur’an.
Mengenalkan Al-Qur’an sejak anak masih kecil sangatlah tepat, terutama ketika anak mulai tertarik dengan buku. Al-Qur’an dapat diperlihatkan pada anak sebelum mereka mengenal buku-buku yang lain. Al-Qur’an juga bisa dikenalkan melalui huruf-huruf hijaiyah dengan menempelkannya di dinding agar mudah terlihat oleh anak dan memancingnya untuk menanyakan lebih lanjut. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an juga dapat diperdengarkan secara langsung maupun dengan memutar kaset atau CD.
Al-Qur’an bisa diperdengarkan kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia anak. Untuk tahap membaca atau menghafalkan Al-Qur’an dapat dimulai sejak anak lancar berbicara, dimulai dengan ayat yang pendek ataupun potongan-potongan ayat. Kemudian memulai membimbing dan mendorong anak agar terbiasa membaca al-Qur’an setiap hari meskipun hanya beberapa ayat saja, utamanya pada pagi hari usai shalat shubuh atau usai shalat maghrib sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Kegiatan membaca al-Qur’an ini sebaiknya dilakukan secara bersama-sama oleh anak-anak dibawah bimbingan orang tua.
Kegiatan memperkenalkan Al-Qur’an selanjutnya yaitu belajar menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Proses ini dapat dilakukan dengan mendikte anak dengan kata-kata tertentu dalam Al-Qur’an yang mempunyai makna. Hal ini dimaksudkan selain anak mampu menulis, anak juga belajar bahasa arab. Memberikan reward untuk anak sangat membantu untuk memacu motivasi internal anak untuk senantiasa belajar Al-Qur’an. Kemudian anak diajak untuk mengkaji isi Al-Qur’an secara rutin. Tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan dengan perilaku anak selama hari-hari terakhir dengan merujuk pada satu atau dua ayat Al-Qur’an dan juga tema-tema lain yang sesuai.
Proses yang paling penting adalah pengamalan seluruh isinya dengan membiasakan pada diri anak untuk mengamalkan hasil belajar Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak harus ditumbuhkan kesadarannya bahwa mereka butuh Allah SWT serta Rasul-Nya dan tanpa pertolongan Allah SWT mereka tidak bisa apa-apa. Selain itu, mereka perlu diajarkan bersyahadat dengan baik sejak dini, sehingga mereka nantinya akan mampu bersyahadat dengan baik melalui ucapan, hati, dan perbuatan.
Oleh karena itu, seorang ibu yang mendidik anaknya secara baik sejak dini dan diperkenalkan dengan Al-Qur’an dan nilai-nilai Islam, kelak mereka akan menjadi generasi Qurani yang baik sebab mereka akan selalu meletakkan norma kehidupan sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya, sehingga setelah dewasa nanti mereka mampu memberikan fitrah bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.